Friday, March 20, 2015

Menikah Tidak Semudah Kawin

Dalam tiga bulan terakhir ini, di tempat aku bekerja, aku sering merasa risih saat orang-orang terlalu sering dan ikut campur urusan pribadiku, terutama soal menikah.

Bagiku, menikah tidaklah semudah "kawin". Yah...memang kawin itu mudah. Siapapun yang kita mau, dengan siapapun kita mau, selama sama-sama mau, yah...tau sendiri lah...pasti bisa kan...sesulit apapun situasi dan kondisi, pasti dikondisikan supaya bisa terjadi, just make it happened.

Terkadang aku kesal, untung saja aku tidak pernah mengungkapkan kekesalanku dengan perkataan yang menurutku akan kurang berkenan dalam pikiran dan hati mereka. Memang, mungkin mereka lupa saat mereka mengejek orang lain, lupa pula saat mereka merasa tersinggung, padahal mereka yang mulai, kenapa tidak pernah berpikir tentang perasaan orang lain kalau toh mereka merasa tersinggung saat ada perkataan orang lain (misalnya, aku) yang tidak berkenan dalam hati dan pikiran mereka.

Aku bukan orang suci dan sempurna, itu sudah pasti. Acap kali, mereka hanya memandangku sebagai orang kantoran yang bisa dibeli dengan uang berlimpah, motor gagah, dan mobil mewah. Tapi sayang sekali, pemikiran mereka tidak pernah tidak meleset. Ternyata, banyak orang sekantorku lah yang terbukti sebagai cewe pemorotan, tukang nguras harta orang dan tukang rebut suami orang.

Yaaah...itulah...mengapa aku sebut nikah tidak semudah kawin...
Kawin bukan hanya berarti melakukan hubungan seksual, bagitulah....menikah hanya untuk membuat perasaan tenang ketika berada di perkampungan melakukan hubungan intim itu...bukan untuk membina rumah tangga, tapi hanya pacaran plus ngeseks yang "dilegalkan".

Ijab-kabul, saksi, wali, hanya properti saja.